Materi Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)



MATERI VIII
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP)

Deskripsi Materi :
Mampu menghitung kebutuhan  biaya overhead pabrik dan menyusun anggaran biaya overhead pabrik  dan Mampu menghitung pembebanan biaya tak langsung dan membuat anggaran biaya overhead pabrik

Pengertian Anggaran BOP
        Perencanaan biaya yang baik harusnya dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Anggaran biaya biasanya dibuat bersamaan dan digabungkan dalam sebuah rencana yang disebut Rencana Harga Pokok Produk. Anggaran ini memerlukan semua biaya produksi yang dapat diidentifikasi, baik secara langsung atau melalui alokasi, untuk setiap produk.
Tiga anggaran pokok yang relevan dengan produksi ini mencakup :
a.       anggaran biaya bahan mentah,
b.      anggaran tenaga kerja langsung, yang merinci kuantitas dan biaya yang direncanakan dari tenaga kerja langsung, dan
c.       anggaran biaya overhead pabrik, yang meliputi rencana untuk semua biaya pabrik selain bahan mentah langsung dan tenaga kerja langsung.
Pada topik Anggaran Bahan Baku dan Anggaran Tenaga Kerja Langsung telah dikupas secara mendalam mengenai  rencana biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Materi ini diawali dengan pembahasan tentang pentingnya perencanaan Biaya Overhead Pabrik (BOP) bagi perusahaan. Pembahasan dilanjutkan dengan mempelajari faktor-faktor yang harus dipahami untuk melakukan penyusunan anggaran BOP, teknik pengalokasian BOP yang bersifat tidak langsung, dan pembahasa pentingnya pemahaman tentang perbedaan pembebanan dan pengendalian BOP. Materi ini akan diakhiri dengan pembahasan tentang anggaran BOP sebagai sarana penyusunan Harga Pokok Produksi.
Manajer seharusnya memandang perencanaan dan pengendalian terhadap pengeluaran-pengeluaran sebagai sebuah kewajiban. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan biaya yang wajar demi tercapainya tujuan dan program-program yang telah direncanakan perusahaan. Dua istilah biaya (cost) dan beban/pengeluaran (expense) sering digunakan untuk pengertian yang sama. Untuk tujuan akuntansi keuangan, biaya (cost) merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya (cost) ini akan menjadi beban/pengeluaran (expense) ketika telah dikonsumsi (dihabiskan). Sehingga yang dimaksud dengan beban/pengeluaran (expense) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang terjadi sekarang atau biaya yang telah dikonsumsi sekarang. Untuk tujuan akuntansi manajemen, kedua istilah ini didefinisikan secara terpisah.
 Perencanaan yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Untuk mendapatkan manfaat tertentu perusahaan tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Sebagai contoh untuk meningkatkan volume penjualan, perusahaan mengeluarkan biaya riset dan pengembangan produk yanga cukup besar. Manfaat dari kegiatan tersebut tentunya adalah tercapainya kuota penjualan yang besar. Untuk itu perusahaan juga harus mengeluarkan biaya promosi dan distribusi yang besar. Sebuah perusahaan lain melakukan penelitian pasar untuk mengetahui tingkah laku konsumen (consumers behaviour).
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini antara lain :
•    Dapat diketahuinya market share yang dimiliki perusahaan.
•    Dapat diketahui siapa konsumen akhir barang yang dijual.
•    Dapat diketahui apa yang diinginkan konsumen dari barang yang dijual, dan lain-lain.

Selain itu, perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan sumber daya yang terbatas secara baik, bukan sekedar pengurangan  biaya. Beberapa perusahaan melakukan pemotongan pengeluaran-pengeluaran tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya pada keuntungan yang akan diperoleh. Sebagai contoh perusahaan tidak menyediakan sumber daya yang memadai untuk memeelihara harta seperti peralatan mesin dan bangunan-bangunan. Tidak dapat dielakkan, keputusan-keputusan jangka pendek, walaupun mengurangi pengeluaran-pengeluaran dalam jangka waktu tertentu, tetapi mengakibatkan meningkatnya biaya karena kerusakan-kerusakan, mesin-mesin yang tidak efisien, tenaga yang frustasi, kesalahan mesin, biaya perbaikan yang besar dan berkurangnya umur harta. Sehingga untuk jangka panjang sebenarnya biaya yang dikeluarkan semakin besar. 
Meskipun demikian, biaya harus diawasi. Pengawasan biaya terutama harus diselaraskan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam operasinya dan disesuaikan dengan tanggung jawab yang harus dipikul oleh masing-masing kepala bagian seperti bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung telah dibicarakan pada bagian terdahulu.

Pada bagian ini akan dibicarakan biaya-biaya lain yakni:
i.    Biaya-biaya pabrik (sering pula disebut biaya overhead pabrik).
ii.   Biaya-biaya distribusi (sering pula disebut biaya penjualan).
iii.  Biaya-biaya administrasi.
        Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan proses produksi sangat kompleks jenisnya. Biaya yang tergolong sebagai biaya overhead pabrik (BOP) adalah semua biaya-biaya pabrik yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi, kecuali biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung. BOP ini merupakan biaya produksi total yang tidak dapat secara langsung diidentifikasikan (ditelusuri) pada produk atau aktivitas tertentu.

Jenis biaya-biaya yang Masuk Kategori BIaya Overhead Pabrik (BOP)
        Beberapa jenis biaya yang dikategorikan sebagai BOP diantaranya sebagai berikut:
1.    Biaya bahan mentah tidak langsung (bahan penolong)
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
2.    Biaya tenaga kerja tidak langsung (termasuk gaji)
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan, dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. Tenaga keja tidak langsung terdiri dari :
·       Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan depertemen gudang
·       Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala departemen produksi, karyawan adminstrasi pabrik, dan mandor.
3.    Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan equipmen, kendaraan, perkakas laboraturium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
4.    Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan equipmen, perkakas laboraturium, alat kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
5.    Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi karugian trial-run.
6.    Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang
       tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya
Oleh karena begitu banyaknya jenis biaya-biaya yang terjadi di dalam pabrik, maka memerlukan perhatian khusus. Untuk merencanakan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya overhead pabrik, terdapat dua masalah pokok yang perlu perhatian khusus yakni penanggungjawab perencanaan biaya.

        Pelaksanaan anggaran yang konprehensif memerlukan sistem akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting system) atau kerap dikenal dengan prinsip biaya departemen langsung (direct departmental cost). Setiap pusat tanggung jawab memiliki tanggung jawab dan sumber daya masing-masing. Setiap pusat pertangggungjawaban merupakan suatu sub-unit perusahaan dan berada dibawah kendali seorang manajer. Dengan membandingkan antara rencana (anggaran) dengan realisasi, seorang manajer yang memimpin suatu pusat pertanggungjawaban dapat mengetahui apakah sub unitnya telah mencapai sasaran secara efektif dan telah menggunakan sumber-sumber secara efisien.

        Atas dasar prinsip inilah dikenal dengan adanya pembagian struktur organisasi menjadi departemen produksi dan departemen jasa untuk kegiatan yang dilakukan di pabrik.
a.    Departemen produksi (producing department)
Merupakan departemen (bagian) di dalam pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi/produk akhir, dan menjadi bagian secara langsung memproses barang jadi. BOP yang terjadi di departemen produksi dikenal sebagai BOP langsung.
b.    Departemen jasa (service department)
Merupakan departemen (bagian) di pabrik yang menyediakan jasanya dan secara tidak langsung ikut berperan dalam proses produksi. Biaya yang terjadi di departemen (bagian) jasa ini mungki sebagian dari jasa yang disediakan digunakan sendiri. Dengan demikian BOP yang terjadi di departemen jasa ini lebih dikenal sebagai BOP tidak langsung.

        Berdasarkan uraian tersebut dapat diklasifikasikan dua jenis biaya overhead pabrik, sesuai tanggung jawab masing-masing departemen (bagian) yakni:
a.    BOP langsung (direct departmental overhead expensees)
adalah BOP yang terjadi di departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut. Contoh biaya ini adalah gaji mandor departemen produksi, biaya depresiasi mesin dan biaya bahan penolong.
b.    BOP tidak langsung (indirect departmental overhead expenses)
adalah BOP yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh BOP ini adalah biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik (dengan asumsi gedung pabrik digunakan oleh beberapa departemen produksi).

Karakteristik/ Sifat-sifat Biaya Overhead Pabrik (BOP)
        Dalam mengadakan perencanaan dan pengawasan biaya sangat perlu diketahui sifat-sifat biaya. Pada dasarnya menurut sifatnya dikenal 3 (tiga) macam biaya yakni:
1.    Biaya tetap (Fixed cost)
Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya-biaya yang cenderung untuk bersifat konstan secara total dari bulan ke bulan, tanpa terpengaruh oleh volume kegiatan, dengan beberapa asumsi tertentu seperti kebijaksanaan manajemen, periode waktu dan lain-lain. Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya tetap ini antara lain adalah gaji, pajak kekayaan, asuransi, dan biaya penyusutan (kecuali yang menggunakan Performane Method).
Biaya tetap hanya bersifat tetap dalam hubungannya dengan periode anggaran dan kisar relevan (relevant range) tertentu. Kisar relevan adalah kisar kegiatan normal, dalam arti bahwa perusahaan merencanakan untuk beroperasi pada kisar kegiatan tersebut.
Biaya tetap dapat berubah dari tahun anggaran tertentu ke tahun anggaran lainnya apabila terdapat perubahan dalam tarif biaya (seperti tarif asuransi, tarif gaji eksekutif atau tarif pajak bumi dan bangunan) atau perubahan kebijakan manajemen (penambahan aktiva yang mempengaruhi besarnya biaya depresiasi).
Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran, maka untuk ketegori BOP yang bersifat tetap ini wewenang penganggarannya terletak di luar (di atas) bagian/departemen yang bersangkutan yaitu ditetapkan oleh Pusat (direktur).

2.    Biaya variabel (Variable cost)
Biaya variabel yaitu biaya yang totalnya berubah-ubah secara proposional dengan perubahan volume kegiatan, tetapi per unitnya tetap. Dengan demikian BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin besar volume kegiatan, maka semakin besar pula BOP. Sebaliknya, semakin kecil volume kegiatan, semakin kecil pula BOP. Dalam hal ini tingkat kegiatan perusaahaan dinyatakan dalam satuan aktivitas (activity base), seperti jam buruh langsung (DLH) jam mesin (DMH) dan unit barang (kg, liter dan lain-lain).
Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya variabel antara lain adalah biaya bahaan mentah langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan tenaga (power).
Berdasarkan kewenangan dalam menentukan anggaran, maka penentuan besarnya biaya variabel ini untuk jumlah (volume) ditetapkan oleh bagian masing-masing sedangkan untuk tarif (harga) ditentukan oleh pusat (direktur).

3.    Biaya Semi variabel
Biaya semi variabel adalah yang bersifat campuran, yakni antara biaya tetap dan variabel. BOP semi variabel adalah BOP yang berubah, namun perubahannya tidak sebandinng dengan perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif BOP dan pengendalian biaya, maka BOP yang bersifat semi variabel ini dipecahkan menjadi dua unsur biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya semi variabel antara lain adalah biaya tenaga kerja tak langsung, biaya pemeliharaan, biaya peralatan, dan biaya bahan mentah tak langsung dan lain-lain. Sebagai contoh adalah biaya listrik. Biaya ini bersifat tetap karena setiap bulan perusahaan harus membayar biaya berlangganan jasa listrik yang bersifat tetap, dan juga memiliki unsur variabel karena biaya listrik ini bertambah seiring meningkatnya perubahan volume kegiatan perusahaan.
Berdasarkan kewenangannya, maka penentuan besarnya anggaran biaya semi variabel ini sepenuhnya terletak dibagian masing-masing. Sebagai contoh adalah penganggaran biaya Administrasi yang diselenggarakan oleh bagian itu sendiri.




Menghitung Harga Pokok Produksi
        Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya: biaya produksi dan bidaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi, seperti pemasaran dan kegiatan administrasi umum.
        Penentuan biaya produksi dipengaruhi oleh pendekatan yang  digunakan untuk menentukan unsur-unsur biaya produksi. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan biaya produksi, yakni (1) Full Costing dan (2) Variable Costing. Metode Full Costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Metode Variable Costing merupakan metode penentuan  biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
        Secara umum, unsur-unsur biaya yang digunakan untuk menaksir biaya produksi mencakup:
Harga/biaya produksi dari barang-barang yang dihasilkan dapat dihitung apabila telah diketahui hal-hal sebagai berikut:
                  1.      Volume produksi masing-masing barang (anggaran produksi)
                  2.      Biaya bahan mentah untuk masing-masing (anggaran bahan mentah)
                  3.      Biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing barang (anggaran tenaga kerja)
                  4.      Biaya overhead  pabrik untuk masing-masing departemen produksi dan departemen jasa (pembantu)
                  5.      Satuan kegiatan masing-masing deparetemen produksi dan departemen jasa (pembantu)
                  6.      Anagka-angka standar pada masing-masing departemen

Informasi tentang harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk:
  1. Menentukaan harga jual produk
Informasi taksiran biaya produksi per satuan yangakan dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam jangka waktu tertentu dapat dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan harga jual per unit produk yang akan dibebankan kepada pembeli. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan di samping informasi biaya lain serta informasi non biaya.
  1. Memantau realisasi biaya produksi
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi. Informasi ini berguna untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya.
  1. MenghitUng laba rugi perusahaan
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi ini berguna untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau justru mengakibatkan rugi bruto.
  1. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca
Pada waktu manajemen membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca, manejemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses.

Contoh Kasus :
        CV GM memproduksi 2 (dua) macam barang yakni barang A dan B. Dari Budget Produksi, diperoleh data tentang rencana produksi sebagai berikut:
Terdapat 2 (dua) bagian produksi, yakni bagian produksi I, dan II, serta I (satu) bagian jasa /pembantu, yakni bagian Reparasi. Bagian Produksi I hanya dilalui oleh barang A, sedangkan bagian Produksi II dilalui oleh kedua macam barang (A dan B).
Satuan kegiatan masing-masing bagian adalah sebagai berikut:

Langkah 1. Menghitung Tingkat Kegiatan
Terlebih dahulu dihitung tingkat kegiatan masing-masing bagian (baik bagian produksi maupun bagian jasa/pembantu) sebagai berikut:
tingkat tingkat kegiatan masing-masing bagian adalah:
        Bagian Produksi I    = 7.000 unit barang A
        Bagian Produksi II    = 40.000 DHM
        Bagian Reparasi    = 4.200 DRH
Langkah 2: Menghitung Tarif BOP
Setelah itu kemudian diadakan perhitungan tarif biaya overhead (overhead rate) bagi masing-masing bagian produksi sebagai berikut:
Keterangan:
1)    Rp 28.000,00 / 7.000 unit = Rp 4,00 per unit
2)    Rp20.000,00 / 40.000 DMH= Rp 0,50 per DMH

Langkah 3. Menghitung Harga Pokok Produksi masing-masing produk.
Setelah diketahui tarif biaya overhead bagi masing-masing bagian produksi, maka dapat dihitung harga pokok produksi barang A dan B.

Menghitung Tarif Biaya Overhead Pabrik/ BOP (Overhead Rate)
Tarif BOP diperlukan dalam rangka penentuan harga pokok produksi. Berdasarkan penentuan biaya BOP untuk masing-masing bagian, maka dapat dihitung tarif BOP dengan cara membagi BOP dianggarkan dengan tingkat kegiatan di masing-masing departemen (bagian). Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut:
1.    Menyusun anggaran BOP
        Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiatan yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran BOP. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran BOP antara lain:



a.    Kapasitas Praktis
 Untuk menentukan besarnya kapasitas praktis dan kapasitas normal terlebih dahulu harus ditentukan kapasitas teoritis, yakni volume produksi maksimum yang dapat dihasilkan oleh pabrik.
Kapasitas teoritis dapat diartikan sebagai kapasitas pabrik atau suatu departemen untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan. Penetapan kapasitas praktis ini perlu dilakukan karena sangat tidak mungkin suatu pabrik dijalankan pada kapasitas teoritis. Dengan demikian perlu diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu dalam penentuan kapasitas seperti penghentian pabrik yang tidak dapat dihindari karena kerusakan mesin.

b.    Kapasitas Normal
 Adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. Jika dalam penentuan kapasitaspraktis hanya diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu akibat faktor-faktor intern perusahaan, maka dalam penentuan kapasitas normal diperhitungkan pula kecenderungan penjualan dalam jangka panjang.
c.    Kapasitas Sesungguhnya yang Diharapkan
Adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang. Jika anggaran BOP didasarkan pada kapasitas sesungguhnya yang diharapkan, maka berarti ramalan penjualan tahun yang akan datang dipakai sebagai dasar penentuan kapasitas, sedangkan jika anggaran tersebut didasarkan pada kapasitas praktis dan normal, maka titik berat diletakkan pada kapasitas fisik pabrik.
Penentuan tarif BOP atas dasar kapasitas sesungguhnya yang diharapkan merupakan pendekatan jangka pendek, dan metode ini umumnya mengakibatkan digunakan tarif yang berbeda dari periode ke periode. Penentuan tarif BOP atas dasar kapasitas praktis atau kapasitas normal merupakan pendekatan jangka panjang, yang menghubungkan tingkat kegiatan perusahaan dengan kapasitas fisik pabrik dan tidak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan penjualan yang bersifat sementara. Dengan pendekatan ini tarif BOP relatif konstan untuk jangka waktu yang relatif lama.

2. Memilih dasar pembebanan BOP kepada produk
 Setelah anggaran BOP selesai disusun, maka langkah selanjutnya adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil BOP kepada produk. Dasar pembebanan ini dikenal sebagai satuan kegiatan atau satuan penghitung yakni satuan yang dipakai untuk mengetahui jumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh bagian produksi dan bagian jasa dalam rangka proses produksi. Satuan kegiatan ini sangat diperlukan dalam penyusunan anggaran BOP karena pada prinsipnya BOP merupakan hasil perkalian antara satuan kegiatan dengan tarif BOP.




Beberapa dasar yang dapat dipakai sebagai satuan kegiatan untuk membebankan BOP kepada produk, antara lain:
  1. Satuan produk
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan langsung membebankan BOP kepada produk. Beban BOP untuk setiap produk dihitung dengan formula berikut:
Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk. Jika perusahaan menghasilkan lebih dari macam produk yang serupa dan berhubungan erat satu dengan yang lain, maka pembebanan dengan dasar tertimbang atau dasar nilai.
  1. Biaya bahan mentah
Jika BOP yang dominan bervariasi dengan nilai bahan mentah (misal biaya asuransi bahan baku), maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan bakuyang dipakai. Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
  1. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jika sebagian besar elemen BOP mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah TKL (contoh pajak penghasilan atas upah karyawan yang ditanggung perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah biaya TKL.
Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
  1. Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)
Oleh karena ada keterkaitan yang sangat erat antara biaya TKL dengan jumlah jam kerja langsung, maka BOP dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung.
Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
  1. Jam Mesin
Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (contoh bahan bakar atau listrik dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin. Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
Penentuan atau pemilihan satuan kegiatan ini merupakan tanggung jawab manajer produksi. Ia harus berhati-hati dalam hal ini. Kesalahan memilih satuan kegiatan mengakibatkan kesalahan pembebanan biaya overhead ke setiap bagian, atau kesalahan pembebanan biaya overhead kepada barang-barang yang disediakan. Ia akan mengakibatkan kesalahan harga pokok produksi.

3.    Menghitung tarif BOP
        Setelah anggaran BOP selesai disusundan ditentukan besar satuan kegiatan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif BOP.

Referensi  :
Hendra Poerwanto :www.hendrabudget.web.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi anggaran komprehensif dan anggaran parsial

Materi Anggaran Tenaga Kerja Langsung

Materi Peramalan Penjualan (Proyeksi Penjualan)